Budaya politik
sering dipandang sebagai kondisi-kondisi atau corak yang mewarnaai pergerakan
dari politik itu sendiri. Dimana karakter-karakter yang sudah mengental dalam
kebiasaan untuk melakukan politik tersebut.
Indonesia kental dengan budaya politik
kekeluargaan, atau bisa disebut budaya ketimuran. Budaya ini
sangat merugikan rakyat yang dipimpin. Mereka
lebih mengutamakan orang dekat, atau paling tidak orang yang mereka kenal. Kita
ambil contoh yang paling ringan saja, dalam membuat KTP pasti ada yang
mengantri cukup panjang, namun jika dalam antrian terdapat keluarga dari si
petugas yang lebih tua, atau guru dari si petugas, atau teman akrab dari si
petugas pasti akan didahulukan. itulah contoh paling ringan dari budaya politik
kita, budaya ketimuran. Entah mulai kapan budaya
itu lahir, budaya yang berawal dari rasa "sungkan" namun dijadikan
suatu alasan untuk bertindak menyimpang hukum.
Menyinggung benar
atau salah budaya ini, yang dalam pelaksanaannya tidak jauh beda dengan tindak
nepotisme. Seperti contoh dalam praktiknya saat ini yakni putera SBY Edi Baskoro (Ibas), yang maju menjadi Caleg Partai
Demokrat. Dua anak Bupati Sragen (juga Ketua DPC PDIP Sragen) maju sebagai
Caleg PDIP. Sementara Bupati sekaligus Ketua DPC PDIP Sukoharjo
menempatkan istrinya sebagai Caleg PDIP untuk DPRD Sukoharjo. Tak hanya di
kalangan pejabat eksekutif, di kalangan elit Parpol pun tak ketinggalan. PDIP
memasang suami dan putri ketua umumnya sebagai Caleg DPR RI. Di PAN, putera
Amien Rais menjadi Caleg. Sementara di Golkar memasang putra Agung Laksono. Dan
sebagainya.Lalu bagaimana sistem-sistem yang katanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat? Hal ini tidak jauh beda dengan negara-negara lain yang menggunakan
sistem monarki. Yang lebih mengutamakan keturunan sebagai penerus kekuasaannya.
Tanpa melihat dan mempertimbangkan ada atau tidaknya kemampuan
yang dimiliki.